Aku Bukan Pengemis
Apa yang terlintas dari angan kalian ketika melihat seorang bapak-bapak yang membantu mengatur kendaraan yang ingin menyebrangi jalan, biasanya mereka tampak terlihat di persimpangan jalan.
Apa yang terlintas dari angan kalian ketika melihat seorang bapak-bapak yang membantu mengatur kendaraan yang ingin menyebrangi jalan, biasanya mereka tampak terlihat di persimpangan jalan.
Bukan POLISI yang memang biasa bertugas
di jalan !!!
Bukan pula, Tukang Parkir yang memang
memasang tarif atas jasanya !!!
Lalu siapa dia???
Entah sebutan apa yang tepat kita tujukan untuk
beliau. Yang jelas beliau adalah orang yang memang sengaja ingin membantu
orang-orang yang ingin menyebrangi jalan.
Kalau kita pikir, untuk apa beliau melakukan
itu. Benarkah karena tulus hanya ingin membantu orang lain saja?? Tapi jujur
kalau kita mau mencoba memahami beliau, sebenarnya pasti ada niat dan tujuan
khusus kenapa beliau melakukan pekerjaan itu.
sumber gmbr: kangridwan.wordpress.com
Yang terlintas dari benakku, ketika melihat
beliau adalah sosok ayah yang pekerja keras. Yaa... mungkin beliau tidak
mempunyai pekerjaan pasti, padahal beliau mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab untuk menafkahi keluarganya. Karena tak ada pekerjaan yang dapat ia
lakukan lagi... akhirnya idenya jatuh pada satu pilihan, yaitu dengan membantu
menyebrangkan jalan. Ia tak memasang tarif alias tidak memasang harga sehingga memaksa orang untuk membayar sejumlah uang sesuai kemauannya. Tidak, sama sekali tidak!!! Yang beliau andalkan hanyalah sebuah harapan. Harapan bahwa ada orang yang mempunyai inisiatif untuk memberi balas atas jasanya.
Mungkin dari sekian banyak kendaraan yang ia
bantu melintasi jalan, hanya hitungan jari orang yang memberinya upah, berupa
selembar kertas atau bahkan sekeping uang. Tapi baginya, ia sudah sangat
bersyukur bisa memperoleh rezeki untuk bisa diberikan untuk isteri dan
anak-anaknya di rumah. Baginya itu sudah lebih baik dari pada ia hanya
meminta-minta belas kasihan orang untuk memberinya uang tanpa ada usaha/ jasa
yang ia lakukan untuk orang lain.
Dia tahu bahwa kalau ia mau menerima maka ia
juga harus memberi terlebih dahulu. Dengan memeberikan jasanya untuk membantu
orang lain, ia berharap ada rezeki dari situ.
Ada keinginan kuat bahwa ia tak ingin hanya
menjadi “tangan yang di bawah”
Hadits Hakiem bin Hizam Ra.
Berkata: “Nabi SAW bersabda: tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang
di bawah dan dahulukan keluargamu (orang-orang yang wajib kamu belanjai), dan
sebaik-baik sedekah itu dari kekayaan (yang lebih) dan siapa yang menjaga
kehormatan diri (tidak meminta-minta), maka Allah akan mencukupinya dan siapa
yang merasa sudah cukup, maka Allah akan mencukupkan dirinya”. (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dan memang seharusnya begitulah setiap orang,
harus ada usaha aktif dari diri untuk bisa mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan. Rezeki itu bukan untuk dicari karena pada hakikatnya Allah memberikan
rezeki pada setiap hambanya, dan tugas kita adalah menjemput rezeki kita. Kalau
kita tak mau berusaha menjemput rezeki itu, maka rezeki itu tentu masih akan di
tangan Allah, begitu gambaran sederhananya.
Belajar dari bapak penyebrang jalan itu, bahwa
sebenarnya tak kan ada status penggangguran ataupun penggemis, ketika dari
dalam diri kita masih ada upaya untuk bergerak dan berusaha. Tidak ada lagi
istilah “tidak ada pekerjaan”, karena ketika kita mau melangkah selangkah saja
dari posisi kita saat ini, pasti ada saja pekerjaan yang bisa kita lakukan
untuk jalan menjemput rezeki kita.